Dimanakegiatan yang membutuhkan logam seperti merkuri atau cairan raksa yang digunakan untuk memisahkan logam emas dari batu-batuan, pasir, dan juga tanah. Hasil akhir dari kegiatan pertambangan tersebut akan menghasilkan limbah logam berat cair yang tidak dapat dibuang langsung pada badan air dan memerlukan pengolahan limbah terlebih dahulu. 31 Kesimpulan Berikut kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini: a. Mengetahui masalah lingkungan dalam pembangunan pertambangan. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi, eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti Penambanganbawah laut, atau penambangan laut dalam, adalah metode untuk mengambil mineral dari dasar laut. Operasi penambangan deepsea biasanya terjadi pada kedalaman 4500 kaki hingga 12.000 kaki di sekitar area dengan nodul logam, serta area dengan tingkat aktivitas panas bumi yang tinggi. Daritahun 1953 hingga 1971, Ghe Hopkins dan M. Rothschild menerbitkan serangkaian lima volume komprehensif tentang sistematika kutu, dan tiga volume tambahan pendamping diterbitkan bagi keluarga yang tersisa oleh Mardon pada tahun 1981, Traub, Rothschild, dan Haddow pada tahun 1983, dan Smit di 1987. Robert Traub dijelaskan 153 Sianidabanyak digunakan dalam berbagai industri seperti serat sintetik (akrilonitril), petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam (electroplating). Sebagai akibat dari pemakaian bahan beracun dan berbahaya tersebut, umumnya kegiatan-kegiatan itu menghasilkan limbah yang masih mengandung sianida yang berpotensi mencemari Carapengolahan emas sistim Heap Leaching adalah peroses pengolahan atau pengambilan bijih emas dengan melarutkan bijih emas dalam larutan natrium sianida yang dilakukan dengan cara menyiram berulang - ulang batuan atau kerikil yang mengandung emas. Setelah logam terlarut kemudian dilakukan penangkapan logam terlarut tersebut dengan menggunakan karbon aktif. Padapertambangan emas menghasilkan limbah logam berat raksa atau merkury, yang sangat berbahaya baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi, merkury tersebut dapat mengakibatkan tremor, kehilangan kemampuan kognitif, sakit dada, batuk, hemoptysis, dan terganggunya sistem syaraf. Walaupunada juga yang memberikan dampak positif. Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik,rumah tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya. Yang berupa cair,padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang mengandung logam. Pencemaranlogam berat seperti Pb, Cu, Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -390C. Limbahyang mengandung logam berat seperti Merkuri dan Sianida termasuk dalam kelompok Limbah B3. 3). Air Asam Tambang yaitu limbah yang menyebabkan kondisi keasaman tanah, yang berpotensi melarutkan unsur mikro berbahaya dalam tanah - sehingga berpotensi meracuni tanaman dan mahluk hidup yang ada disekitarnya. BBBqrCR. This research has purpose to reduce heavy metal contain in liquid waste of gold industries PT. X in Surabaya. Most of liquid waste from gold jewellery industry is an inorganic waste with high acid composition low pH. The method being used is precipitation method with some variables such as type of presipitaior, pH of solution and time of precipitation. From the research's result with CaOH2 and NaOH, the higher the pH, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn, and Fe. The same result with variables of precipitation's time when the longer floculation time, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn and Fe. The optimum pH that can decrease metal content Cu, Ni, Zn and Fe, is 12. The percentage of removal with additional NaOH in order are and with additional CaOH2 are meanwhile the optimum time of precipitation to decrease metal concentrate is 30 minute. So from the result the addition of CaOH2 is much better than NaOH. Keywords Heavy metals, liquid waste, presipitationAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar logam berat pada limbah cair industri emas PT. X di Surabaya. Limbah cair dari industri perhiasan emas sebagian besar merupakan limbah anorganik dengan kandungan asam yang cukup tinggi pH rendah. Metode yang digunakan adalah metode presipitasi pengendapan dengan beberapa variabel yaitu jenis bahan pengendap NaOH dan CaOH2, pH larutan dan waktu pengendapan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan CaOH2 maupun NaOH, semakin tinggi pH, maka semakin besar pula persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. Demikian pula dengan variabel waktu pengendapan maka semakin lama waktu pengendapan maka semakin besar persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. pH optimum yang dapat menurunkan kadar logam Cu, Ni, Zn dan Fe adalah pada pH 12. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan NaOH berturut - turut adalah 99,993%, 99,877%, 99,946% dan 99,935%. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan CaOH2 berturut-turut adalah 99,994%, 99,936%, 99,949% dan 99,941%, sedangkan waktu pengendapan yang optimum adalah pada 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa presipitan CaOH2, lebih baik dibanding kunci Logam berat, limbah cair, presipitasi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 2010, 55-6155PENURUNAN KADAR LOGAM BERAT LIMBAH CAIR INDUSTRI EMAS PT. X DI SURABAYA Nyoman Puspa Asri1*, Rachmad Abadi2, Arfina Hasmawati2, dan Sita Alfian Mubarok21Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Supratman Surabaya Jl. Arief Rachman Hakim No. 14 Surabaya 60111 2Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhitama Surabaya Jl. Arief Rachman Hakim No. 100 Surabaya 60111 Email nyoman_puspaasri Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar logam berat pada limbah cair industri emas PT. X di Surabaya. Limbah cair dari industri perhiasan emas sebagian besar merupakan limbah anorganik dengan kandungan asam yang cukup tinggi pH rendah. Metode yang digunakan adalah metode presipitasi pengendapan dengan beberapa variabel yaitu jenis bahan pengendap NaOH dan CaOH2, pH larutan dan waktu pengendapan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan CaOH2 maupun NaOH, semakin tinggi pH, maka semakin besar pula persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. Demikian pula dengan variabel waktu pengendapan maka semakin lama waktu pengendapan maka semakin besar persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. pH optimum yang dapat menurunkan kadar logam Cu, Ni, Zn dan Fe adalah pada pH 12. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan NaOH berturut - turut adalah 99,993%, 99,877%, 99,946% dan 99,935%. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan CaOH2 berturut-turut adalah 99,994%, 99,936%, 99,949% dan 99,941%, sedangkan waktu pengendapan yang optimum adalah pada 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa presipitan CaOH2, lebih baik dibanding NaOH. Kata kunci Logam berat, limbah cair, presipitasi Abstract This research has purpose to reduce heavy metal contain in liquid waste of gold industries PT. X in Surabaya. Most of liquid waste from gold jewellery industry is an inorganic waste with high acid composition low pH. The method being used is precipitation method with some variables such as type of presipitaior, pH of solution and time of precipitation. From the research's result with CaOH2and NaOH, the higher the pH, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn, and Fe. The same result with variables of precipitation's time when the longer floculation time, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn and Fe. The optimum pH that can decrease metal content Cu, Ni, Zn and Fe, is 12. The percentage of removal with additional NaOH in order are and with additional CaOH2 are meanwhile the optimum time of precipitation to decrease metal concentrate is 30 minute. So from the result the addition of CaOH2 is much better than NaOH. Keywords Heavy metals, liquid waste, presipitation *korespondensi Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 201056 1. Pendahuluan PT. X industri perhiasan emas di Surabaya Timur merupakan industri yang menghasilkan perhiasan dari bahan emas, dimana dalam proses pembuatan perhiasan tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak mengandung logam berat. Apabila limbah ini langsung dibuang ke badan air maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Limbah industri PT. X ini memiliki kandungan logam-logam berat yang dapat disetarakan dengan limbah industri electroplating. Limbah cair dari industri perhiasan emas sebagian besar merupakan limbah anorganik dengan kandungan asam yang cukup tinggi. Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair PT. X Komponen Cu Ni Zn Fe Logam ppm 29627,79 187,5 295,75 2562,79 Baku Mutu 5 1 20 20 Tabel di atas menunjukkan bahwa kandungan logam berat yang berasal dari limbah cair PT. X seperti logam Cu, Ni, Zn, Cd dan Fe, melebihi kadar maksimum baku mutu limbah cair electroplating, sehingga perlu untuk dilakukan pengolahan limbah cair tersebut untuk mengurangi kadar logam berat sebelum di buang ke badan air. Untuk menurunkan kadar logam tersebut, PT. X telah melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke badan air dengan menggunakan metode presipitasi, yaitu dengan menambahkan NaOH sebagai bahan presipitan pada pH namun kadar logam berat masih di atas ambang batas baku mutu yang diijinkan. Limbah cair PT. X berasal dari proses refinery, proses bombing dan glundung, proses pencucian dan proses pengaturan warna dan bilasan. Rachmad dkk. telah melakukan penelitian pendahuluan menggunakan sampel air limbah sebanyak 200 mL menggunakan metode Jar-tes dengan menggunakan komposisi air limbah dari keempat proses di atas sebagai variabel, dengan penambahan NaOH pada pH sekitar 8,5-10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH awal limbah adalah 2, sedangkan komposisi limbah terbaik adalah 13,37% limbah dari bak penampung limbah I proses refinery, 1,96% limbah dari bak penampung limbah II proses bombing dan glundung, 5,72% limbah dari bak penampung limbah III proses pencucian, 78,95% limbah dari bak penampung limbah IV proses pengaturan warna dan bilasan, dengan penurunan kadar logam berat berkisar antara 96-98%. Roekmijati dkk. 2001, telah melakukan penelitian tentang "Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda". Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan variabel pH 4,6 dan 8 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kadar logam berat Cu dan Fe. Dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kadar logam berat yang melebihi baku mutu pemerintah adalah logam Cu, Ni, Zn dan Fe sehingga dilakukan penelitian untuk menurunkan kadar logam-logam berat tersebut sampai sekecil mungkin dengan metode prespitasi. Banyak faktor yang mempengaruhi proses presipitasi, namun pada penelitian ini difokuskan pada variabel pH, waktu pengendapan dan jenis presipitan. Jenis presipitan yang digunakan adalah NaOH dan CaOH2. CaOH2 digunakan sebagai pembanding NaOH yang selama ini digunakan dengan harapan didapat presipitan yang lebih efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan harga pH larutan dan waktu pengendapan yang memberikan persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe yang paling besar. Di samping itu juga untuk mengetahui diantara dua presipitan yang digunakan mana yang lebih efisien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi, sebagai bahan perbandingan maupun sebagi acuan bagi industri-industri yang sejenis dalam mengolah limbah cair terutama dalam penurunan logam berat yang terkandung didalamnya. Teori Dasar Pada dasarnya logam berat dalam air buangan dapat dipisahkan dengan berbagai cara yaitu dengan proses fisika, kimia dan biologi. Proses pengambilan logam berat yang terlarut dalam suatu larutan biasanya dilakukan dengan cara prespitasi, reverse osmosis, ion exchange dan adsorbsi. Penurunan kandungan logam berat pada air limbah industri ini, dilakukan dengan proses fisik-kimia. Teknologi pengolahan air limbah yang mengandung logam-logam telah lama dikembangkan dan metode yang Penurunan Kadar Logam Berat Limbah Cair Nyoman Puspa Asri dkk. 57umumnya digunakan adalah menggunakan prinsip presipitasi. Pengolahan limbah dengan metode presipitasi merupakan salah satu metode pengolahan limbah yang banyak digunakan untuk memisahkan logam berat dari limbah cair. Dalam metode presipitasi kimia dilakukan penambahan sejumlah zat kimia tertentu untuk mengubah senyawa yang mudah larut ke bentuk padatan yang tak larut. Tiap-tiap logam memiliki karakteristik pH optimum presipitasi tersendiri, yaitu pH pada saat logam tersebut memiliki kelarutan minimum. Oleh karena itu pada limbah yang mengandung beragam logam presipitasi dilakukan secara bertahap, yaitu dengan melakukan perubahan pH pada tiap tahapannya sehingga logam-logam tersebut dapat mengendap secara bertahap. Presipitasi kimia adalah suatu prosedur standar untuk menyisihkan atau menurunkan kandungan logam berat dari air dan air limbah. Pembentukan presipitat sangat ditentukan oleh penambahan bahan kimia sebagai pengikat logam-logam. Dosis bahan kimia yang dibutuhkan relative sulit dihitung secara teoritis, umumnya ditentukan melalui percobaan dalam skala laboratorium. Percobaan dengan penentuan dosis bahan kimia untuk proses presipitasi atau koagulasi ini sering disebut sebagai Jar-Test. Adapun yang mempengaruhi percobaan dengan Jar-Test ini, antara lain 1. Bahan kimia yang dipakai untuk menurunkan kadar logam berat 2. Penambahan dosis presipitan 3. pH 4. Kecepatan pengadukan 5. Waktu pengendapan. Penurunan kadar logam berat terutama tergantung pada dua faktor, yaitu 1. Kelarutan teoritis yang membentuk spesies padatan terlarut sebagai fungsi dari konstanta kesetimbangan kelarutan, pH dan konsentrasi bahan pembentuk presipitat. 2. Pemisahan padatan dari larutan yang membawanya. Logam-logam berat umumnya dipresipitasi sebagai hidroksidanya dengan penambahan Kapur CaOH2 atau Soda Api NaOH untuk menjaga minimum PH kelarutan. Ada beberapa jenis logam yang bersifat amfoter sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Kelarutan Chrom Cr dan Seng Zn secara teoritis minimum masing-masing pada pH 7,5 dan 10,2 menunjukkan suatu kenaikan signifikan dalam konsentrasi jika di atas atau di bawah nilai pH tersebut Day dan Underwood, 1991. Gambar 1 Pengaruh pH pada logam berat sebagai Hidroksida Pada beberapa keadaan faktor-faktor di atas dapat mengganggu proses presipitasi karena kelebihan ion-ion yang berbeda muatannya yang dapat menyebabkan presipitat tidak dapat mengendap atau dipisahkan dari air yang membawanya. Oleh karenanya diperlukan suatu tambahan bahan kimia yang membantu proses presipitasi. Bahan kimia ini disebut sebagai bahan kopresipitasi yang berfungsi untuk menyerap dan menggumpalkan. Logam yang bersifat kopresipitat adalah Alumunium hidroksida AlOH3 dan Feri hidroksida FeOH3 Eckenfelder, 1989. Reaksi-reaksi Presipitasi hidroksida untuk semua logam-logam kationik M adalah sama dengan yang ditunjukkan dengan reaksi sebagai berikut MCO3+CaOH2→MOH2↓+CaCO3↓ 1 MSO4+CaOH2→MOH2↓+CaSO4↓ 2 MCl2 +CaOH2→MOH2↓+CaCl3↓ 3 MSO4+2NaOH →MOH2↓+NaSO4↓ 4 MCO3+2NaOH →MOH2↓+NaCO3↓ 5 MCl2 +2NaOH →MOH2↓+NaCl2↓ 6 Pemakaian kapur lebih menguntungkan daripada pemakaian soda api karena garam-garam kapur bersifat mengendap dan dapat bertindak sebagai kopresipitat. Kerugian pemakaian kapur adalah jumlah lumpur yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 201058 soda, tetapi lebih ekonomis karena harganya lebih murah dan mudah didapat. Untuk presipitasi logam berat limbah cair dengan menggunakan kaustik soda, sebelumnya dilakukan penambahan NaHSO340% untuk mengendapkan CrVI, karena CrVI sukar mengendap dengan menggunakan kaustik. Logam Cr mengalami kenaikan proses penyisihan dengan meningkatnya volume presipitan. Logam Cu, Fe dan Mn mengalami penurunan proses penyisihan logam dengan semakin besarnya volume presipitan. Proses penyisihan tertinggi untuk logam Cr 98,04% dicapai pada pH 8,2, Cu sebesar 99,94% pada pH 8,5, Fe sebesar 99,97°% pada pH 7, sedangkan Mn sebesar 99,5% pada pH 8,8 Roekmijati dkk., 2001. Logam berat dapat pula dipresipitasi sebagai sulfida dan karbonat seperti dalam kasus pengolahan limbah timah. Kelarutan sulfida dan karbonat umumnya lebih rendah daripada bentuk hidroksida, sehingga lebih sulit mencapai konsentrasi luaran yang diiinginkan. Gambar 2. Pengaruh pH dan amoniak pada kelarutan Cu dan Cr. Presipitasi karbonat baik untuk pengendapan logam Pb dan Ni. Pengolahan limbah yang mengandung logam kadang kala memerlukan pengolahan pendahuluan untuk menghilangkan ion-ion pengganggu proses presipitasi logam. Sianida dan amoniak dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam-logam dan mengganggu proses presipitasi. Sianida dapat dihilangkan dengan klorinasi alkali atau dengan oksidasi katalitik, akan tetapi limbah sianida yang mengandung nikel dan perak sulit untuk dihilangkan dengan metode klorinasi alkali. Amoniak bisa dihilangkan dengan aerasi khlorinasi titik retak. Kelarutan logam-logam dengan atau tanpa adanya amoniak sebagai fungsi pH dapat dilihat pada Gambar 2. Pada presipitasi arsen dan besi, oksidasi mungkin memerlukan penggunaan klor atau permanganate. Untuk pengolahan limbah khrom, khrom heksavalensi Cr6+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi khrom trivalent Cr3+ dan kemudian di presipitasi dengan kapur Day dan Underwood, 1991. 2. Metodologi Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap meliputi persiapan sampel, percobaan dan analisis hasil. Penyiapan sampel sebanyak 200 mL dilakukan dengan mencampur keempat sumber limbah yaitu limbah dari proses refinery, limbah bombing dan glundung, proses pencucian, dan limbah pengaturan warna dan bilasan, masing masing 13,37%, 1,96%, 5,72% dan 78,95%. Proses presipitasi dengan metode Jar-Test dengan variabel pH 8, 9, 10, 11 dan 12, dengan pengadukan 100 rpm selama 10 menit. Selanjutnya larutan polimer kuriflok ditambahkan sebanyak 10 mL dan melakukan pengadukan dengan kecepatan 60 rpm selama 5 menit, serta menambahkan presipitan NaOH dan CaOH2. Sampel didiamkan sesuai variabel waktu pengendapan yaitu 15, 20, 25 dan 30 menit. Analisis hasil dilakukan dengan metoda AAS. Persen penurunan kadar logam dihitung dengan rumus %  =   − ℎ   100% 3. Hasil dan Pembahasan Analisis kandungan logam berat pada sampel awal maupun setelah eksperimen dilakukan dengan metode AAS. Gambar 3, 4, 5, dan 6 menunjukkan pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan NaOH pada waktu flokulasi sesuai dengan variabel 15, 20, 25 dan 30 menit. Dari gambar-gambar tersebut terlihat bahwa semakin besar pH maka persen penurunan logam semakin besar. Pada Gambar 4. terlihat bahwa dengan penambahan bahan presipitan NaOH dengan waktu pengendapan 30 menit, persen penurunan logam Fe pada pH 8, 9, 10, 11 dan Penurunan Kadar Logam Berat Limbah Cair Nyoman Puspa Asri dkk. 59Gambar 3. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu dengan presipitan NaOH Gambar 4. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Ni dengan presipitan NaOH Gambar 5. Pengaruh pH terhadap persen penurunan Logam Zn dengan presipitan NaOH Gambar 6. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Fe dengan presipitan NaOH 99,921%, 99,923%, dan 99,935%. Persen penurunan tertinggi adalah pada pH 12 yaitu sebesar 99,935%, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pH maka persen penurunan logam semakin besar. Literatur menyebutkan bahwa pH sangat berpengaruh pada saat ion-ion logam terikat dengan OH- yang ada pada presipitan NaOH dan membentuk endapan. Reaksi ikatan ion-ion logam tersebut adalah sebagai berikut Cu2+ + 2NaOH→ CuOH2↓ + 2Na+ 7 Ni2+ + 2NaOH→NiOH2 ↓ + 2Na+ 8 Zn2+ + 2NaOH→ZnOH2↓ + 2Na+ 9 Fe2+ + 2NaOH→FeOH2 ↓ + 2Na+ 10 Selain itu semakin tinggi pH maka semakin besar konsentrasi ion OH- sehingga harga hasil kali kelarutan ion-ion [Cu 2+] [OH-]2 > Ksp CuOH2, dan mengakibatkan semakin banyak Cu yang mengendap. Kondisi ini berlaku juga untuk logam-logam lainnya. Gambar 7. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu dengan presipitan CaOH2Gambar 8. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Ni dengan presipitan CaOH2Gambar 7, 8, 9, dan 10 menunjukkan pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan 99,95099,95599,96099,96599,97099,97599,98099,98599,99099,9958 9 10 11 12% Penurunan LogampH20 menit25 menit96,00096,50097,00097,50098,00098,50099,00099,500100,0008 9 10 11 12% Penurunan logampH25 menit98,40098,60098,80099,00099,20099,40099,60099,800100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH15 menit99,70099,75099,80099,85099,90099,9508 9 10 11 12% Penurunan LogampH15 menit20 menit25 menit30 menit99,95099,95599,96099,96599,97099,97599,98099,98599,99099,995100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH30 menit96,00096,50097,00097,50098,00098,50099,00099,500100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH15 menit25 menit30 menit Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 201060 presipitan CaOH2 dengan variabel waktu pengendapan 15, 20, 25, 30 menit. Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin besar pH maka persen penurunan masing-masing logam semakin besar. Gambar 9. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Zn dengan presipitan CaOH2 Gambar 10. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Fe dengan presipitan CaOH2 Pada Gambar 10 terlihat bahwa persen penurunan tertinggi adalah pada pH 12 yaitu sebesar 99,941%, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pH maka persen penurunan logam semakin besar. Dalam literatur menyebutkan bahwa pH sangat berpengaruh pada saat ion - ion logam terikat dengan OH-yang ada pada presipitan NaOH dan membentuk endapan. Reaksi ikatan ion-ion logam tersebut adalah sebagai berikut Cu2+ + CaOH2→ CuOH2↓ + Ca2+ 11 Ni2+ + CaOH2→ NiOH2↓ + Ca2+ 12 Zn2+ + CaOH2→ ZnOH2↓ + Ca2+ 13 Fe2+ + CaOH2→ FeOH2↓ + Ca2+ 14 Gambar 11 menunjukkan bahwa persen penurunan terbesar pada pH 12 dengan waktu pengendapan 30 menit adalah logam Cu baik dengan menggunakan presipitan NaOH maupun CaOH2. Besarnya persen penurunan hampir mendekati 100% yaitu 99,993% dengan menggunakan bahan presipitan CaOH2 dan 99,990% dengan menggunakan presipitan NaOH. Terlihat bahwa logam Cu sudah mengendap sempurna pada pH 12, hal ini terjadi karena cupri oksida memiliki kelarutan minimum pada pH 9,0 yaitu sebesar 10 μg/L Haas dan Vamos, 1992 sehingga untuk mendapatkan persen penurunan logam Cu yang besar diperlukan pH yang lebih besar daripada pH kelarutan minimumnya. Gambar 11. persen Penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan presipitan NaOH dan CaOH2 pada waktu 30 menit dan pH 12. Persen penurunan logam Ni, Fe, dan Zn berturut-turut yaitu 99,877%, 99,941 %, 99,949% dengan presipitan NaOH dan 99,936%, 9,946%, 9,946% dengan presipitan CaOH2. Penurunan logam ini lebih kecil dibandingakan dengan penurunan logam Cu. Hal ini disebabkan karena logam-logam tersebut mempunyai pH kelarutan minimum yang lebih besar pH Ni =10-11; pH Fe = 10; pH Zn = 10,5 dari pada pH kelarutan minimum Cu pH = 9 sehingga untuk mengendapkan logam-logam tersebut dibutuhkan pH yang lebih tinggi daripada pH Cu. Dari Gambar 11 juga terlihat bahwa penambahan presipitan kapur CaOH2 lebih bagus dibanding dengan menggunakan kaustic soda NaOH dalam mengurangi kadar logam, hal itu disebabkan kapur mengendapkan logam lebih cepat dan dapat bertindak sebagai kopresipitat Haas dan Vamos, 1992. Reaksi-reaksi Presipitasi hidroksida untuk semua logam-logam kationik M adalah sama dengan yang ditunjukkan dengan reaksi sebagai berikut MCO3+CaOH2→MOH2 + CaCO3↓ 15 MSO4+CaOH2→MOH2 + CaSO4↓ 16 98,40098,60098,80099,00099,20099,40099,60099,800100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH25 menit99,74099,76099,78099,80099,82099,84099,86099,88099,90099,92099,94099,9608 9 10 1 1 12% Penurunan LogampH15 menit99,80099,82099,84099,86099,88099,90099,92099,94099,96099,980100,000100,020% PenurunanLogamNaOHCaOH2 Penurunan Kadar Logam Berat Limbah Cair Nyoman Puspa Asri dkk. 61MCl2 +CaOH2→MOH2 + CaCl2↓ 17 MCO3+2NaOH→MOH2 + CaCO3↓ 18 MSO4 +CaOH2→MOH2 + CaSO4↓ 19 MCl2 + CaOH2→MOH2 + CaCl2↓ 20 Perbedaan penambahan presipitan NaOH dengan CaOH2 dari segi effisiensi biaya maupun operasionalnya ditunjukkan dengan tabel di bawah Tabel 2. Perbandingan koagulan NaOH dan CaOH2 Eckenfelder, 1989 Parameter NaOH CaOH2 dihasilkan pengendapan Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa kerugian menggunakan kapur adalah jumlah lumpur yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan NaOH, tetapi Lumpur yang dihasilkan sebagai limbah padat dapat diolah lagi menjadi Paving. Secara ekonomi harga kapur lebih murah dibandingkan dengan NaOH. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Roekmijati dkk. 2001, dalam penurunan logam berat Cu dan Fe dengan variable pH 4, 6 dan 8 tidak begitu berpengaruh terhadap penurunan kadar logam karena pH minimal dari kedua logam tersebut adalah pada pH 10 untuk logam Cu dan 12 untuk logam Fe. Penelitian ini menggunakan variabel pH 8, 9, 10, 11 dan 12 untuk menentukan pH optimum dari masing - masing logam. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pH optimum untuk logam Cu dan Fe ada di atas pH 12. Gambar 3-10 menunjukan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka persen penurunan logam semakin besar. Persen penurunan logam optimum dicapai pada waktu 30 menit untuk presipitan CaOH2 maupun NaOH. Hal ini disebabkan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka ikatan-ikatan logam dengan presipitan akan semakin banyak terbentuk, yang mana ikatan-ikatan logam ini akan membentuk flok-flok dan mengendap, sehingga logam yang terlarut dalam air semakin kecil dan persen penurunan logamnya akan semakin besar. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Persen penurunan terbesar pada pH dan waktu flokulasi optimum dengan penambahan presipitan NaOH adalah logam Cu dengan persen penurunan sebesar 99,993%. Sedangkan persen penurunan terbesar pada pH dan waktu flokulasi optimum dengan penambahan presipitan CaOH2 adalah logam Cu dengan persen penurunan sebesar 99,994%. 2. Waktu optimum yang dicapai oleh presipitan NaOH dan CaOH2 dalam mengendapakan logam-logam adalah 30 menit. 3. Penambahan presipitan CaOH2 lebih baik dibandingkan NaOH karena menghasilkan persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe lebih besar dan dari segi effisiensi biaya maupun pengolahannya. Daftar Pustaka Day, R. A. Jr.; Underwood, A. L., Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. Eckenfelder, W. W., Jr., Industrial Water Pollution Control, 2nd Ed., McGraw-Hill International, Singapore, 1989. Haas, C. N.; Vamos, R. J., Hazardous and Industrial Waste Treatment, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey, 1992. Roekmijati, W. S.; Praswasti PDK. W.; Yulianti, Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda, Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2001, akses Juli 2008. Patterson, J. W., Industrial Wasterwater Treatment Technology, 2nd Edition, McGraw-Hill International, Singapore, 1989. ... Berdasarkan Gambar 6 ditunjukkan bahwa proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda Al terendah pada 9,48 pada rapat arus 1 A/dm 2 , sedangkan dengan elektroda Fe menghasilkan pH air buangan yang semakin naik dari pH 9,23 pH 9,87. Perbedaan ini disebabkan bahwa harga hasil kelarutan Ksp FeOH2 dan AlOH3 berbeda yaitu -16 dan -33 Asri et al., 2018;Heidelberger & Treffers, 1989;Rasmito, 2018. Hal tersebut berarti kedua senyawa tersebut mulai mengendap atau membentuk koagulan dengan harga pH yamg berbeda atau jumlah OHyang diperlukan untuk mengendapkannya berbeda. ...... Terdapat beberapa faktor yang mendukung terhadap proses presipitasi, diantaranya adalah bahan kimia yang dipakai untuk menurunkan kadar logam berat jenis presipitan, dosis presipitan, derajat keasaman pH, kecepatan pengadukan dan waktu pengendapan Asri et al., 2010. ...Wisni Rona AnamiMamay Maslahat Dian ArrisujayaPrecipitation of Laboratory Wastewater Heavy Metals by Natural Sulphur Sodium Sulfide Sodium sulfide Na2S from natural sulfur has been used for heavy metal precipitation from laboratory wastewater. Heavy metals in laboratory wastewater include mercury Hg, lead Pb, chromium Cr and zinc Zn. Initial laboratory wastewater testing was performed by measuring the initial pH and the concentration of heavy metals in the wastewater prior to precipitation using the atomic absorption spectrophotometer. Sulphide precipitation phase consists of variations in the concentration of NaOH, time, temperature, and volume of dissolving Na2S. Parameters for the efficiency of Hg, Pb, Zn and Cr heavy metal precipitation were the initial pH, concentration and rate of stirring of the solution. Results showed that the optimum precipitation efficiency for Zn is achieved by using 10 % Na2S solution with an efficiency of %. The most significant reduction in Cr and Hg was the use of 20 % Na2S solution with a precipitation efficiency of % and % respectively. The optimal efficiency for Pb with a 30 % Na2S solution was %. Natural sulfur can reduce the levels of heavy metals in laboratory wastewater by words Natural sulfur, Heavy metals, Precipitation, Sodium sulfide, ABSTRAKPresipitasi logam berat dari limbah cair laboratorium telah dilakukan dengan menggunakan natrium sulfida Na2S dari belerang alam. Logam berat yang terkandung dalam limbah cair laboratorium diantaranya adalah merkuri Hg, timbal Pb, kromium Cr dan seng Zn. Pengujian awal limbah laboratorium dilakukan dengan mengukur pH awal dan kadar logam berat yang terdapat dalam limbah sebelum presipitasi menggunakan pH meter dan spektrofotometer serapan atom. Tahapan presipitasi limbah oleh sulfida meliputi pembuatan variasi konsentrasi NaOH, waktu, suhu, dan volume pelarutan Na2S. Parameter efisiensi presipitasi logam Hg, Pb, Zn, dan Cr meliputi pH, Konsentrasi dan Kecepatan pengadukan. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi pengendapan optimal untuk logam Zn terdapat pada penggunaan larutan Na2S 10% dengan efisiensi 97,93%. Larutan Na2S 20% paling banyak menurunkan logam Cr dan Hg dengan efisiensi masing-masing sebesar 99,24% dan99,76%. Efisiensi optimal untuk logam Pb berada pada penggunaan larutan Na2S 30% dengan efisiensi 99,68%. Belerang alam mampu menurunkan kadar logam berat dalam limbah cair laboratorium dengan metode kunci Belerang alam, Logam berat, Presipitasi, Natrium sulfidaR A DayA L UnderwoodDay, R. A. Jr.; Underwood, A. L., Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta, Water Pollution Control, 2 nd EdW W EckenfelderJrEckenfelder, W. W., Jr., Industrial Water Pollution Control, 2 nd Ed., McGraw-Hill International, Singapore, and Industrial Waste TreatmentC N HaasR J VamosHaas, C. N.; Vamos, R. J., Hazardous and Industrial Waste Treatment, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey, Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda, Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas TeknikW S RoekmijatiPdk W PraswastiYuliantiRoekmijati, W. S.; Praswasti PDK. W.; Yulianti, Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda, Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2001, akses Juli 2008.Industrial Wasterwater Treatment Technology, 2 nd EditionJ W PattersonPatterson, J. W., Industrial Wasterwater Treatment Technology, 2 nd Edition, McGraw-Hill International, Singapore, 1989. Apa Itu Limbah Cair TambangPada kegiatan pertambangan, istilah limbah cair tambang tidak dapat terelakkan, karena sering sekali disebut sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Akan tetapi, tidak semua orang mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan limbah cair tambang tersebut. Padahal limbah cair tidak hanya dihasilkan oleh sektor pertambangan saja, tetapi juga industri lain yang melibatkan proses produksi dengan hasil akhir yang harus memahami lebih lanjut tentang limbah cair tambang, maka informasi pada artikel berikut ini penting untuk Anda ketahui. Berikut adalah penjelasan selengkapnya!Pengertian dan Bahaya Limbah Cair TambangPerlu Anda ketahui, sesuai dengan namanya, limbah cair tambang merupakan salah satu jenis limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan yang dibuang ke lingkungan. Limbah ini dihasilkan dari proses penambangan, penimbunan di stockpile, hingga dari proses pencucian material pertambangan yang mengandung logam berat atau zat material tambang yang diduga turut berpengaruh pada rusaknya pada penambangan emas, batu bara, emas dan juga perak, terdapat kegiatan yang memerlukan logam seperti merkuri atau cairan raksa yang digunakan untuk memisahkan logam emas dari batu-batuan, pasir, dan juga tanah. Hasil akhir dari kegiatan pertambangan tersebut menghasilkan limbah logam berat cair yang tidak dapat dibuang langsung pada badan air dan memerlukan pengolahan limbah terlebih tidak ditangani dengan tepat, maka wilayah atau kawasan yang menerima limpahan limbah cair tambang yang cukup banyak dapat terpengaruh. Dampak negatifnya pun dapat dirasakan oleh ekosistem dan lingkungan tersebut. Selain itu, keberadaan limbah cair tambang juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan manusia yang tinggal di sekitar wilayah pertambangan, sehingga baku mutu buangan air limbah perlu benar-benar Limbah Tambang yang Perlu Anda KetahuiSelain mengenal tentang pengertian limbah cair tambang, Anda juga perlu mengetahui bahwa limbah cair yang berasal dari kegiatan pertambangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, antara lainAir tambangAir tambang merupakan jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dengan beberapa cara tergantung dari aktivitas pertambangan. Tingkat kontaminasi limbah pun dapat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Meskipun banyak jenis aktivitas yang dapat menghasilkan air tambang, tetapi bahaya yang dihasilkan tetap sama, yaitu pencemaran Anda ketahui, biasanya limbah cair tambang memiliki kandungan asam yang tinggi, sehingga mencemari sumber air setempat melalui proses yang dikenal dengan sebut Asam Tambang Drainase’ AMD atau Acid Rock Drainage ARD, yang dapat tercipta ketika air mengalir pada bagian atas material dengan kandungan sulfida dan membentuk larutan karena itu, air yang terdapat di sekitar kawasan pertambangam harus dipantau dengan teliti. Selain itu, strategi pengolahan limbah yang digunakan tidak hanya harus mengurangi jumlah air tambang yang dihasilkan, tetapi juga dapat mengolah jenis limbah cair ini sebelum dilepaskan kembali ke badan Treatment SludgeBerbeda dengan air tambang, water treatment sludge merupakan jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dari sisa lumpur akibat proses pertambangan. Kandungan asam yang terdapat di dalamnya memang sedikit mirip dengan air tambang, tetapi ada kandungan tambahan yang tidak kalah berbahaya bagi lingkungan, seperti zat kimia dan bahan padat sisa pengolahan material karena itu, adanya zat tambahan tersebut membuat limbah cair tambang yang dihasilkan lebih kental dan harus dipompa keluar dari wilayah pertambangan. Bahkan dalam beberapa kasus, water treatment sludge juga mengandung zat radioaktif yang tidak hanya merusak lingkungan, tapi memiliki efek jangka panjang bagi manusia dan makhluk hidup Mengatasi Limbah Cair TambangPerlu Anda pahami bahwa tidak semua limbah cair tambang itu berbahaya. Limbah yang berbahaya adalah limbah yang tidak melalui proses pengolahan air limbah terlebih dahulu dan langsung dibuang melalui saluran pembuangan. Solusinya cukup mudah, yaitu dengan menghadirkan water treatment plant yang dapat menghilangkan zat berbahaya di dalam limbah cair sebelum akhirnya adanya water treatment, Anda dapat mendapatkan air limbah buangan yang telah sesuai dengan standar baku mutu dan memisahkannya dari kontaminan. Dengan begitu, limbah cair tersebut lebih bersih dan aman untuk Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi water treatment plant dan masih kebingungan tentang proses pemasangannya, Adika Tirta Daya juga siap membantu Anda. Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam pemasangan water treatment plant dan dipercaya oleh banyak perusahaan dari berbagai industri, Adika Tirta Daya merupakan vendor instalasi water treatment plant yang dapat informasi selengkapnya mengenai solusi yang dimiliki Adika Tirta Daya, Anda dapat menghubungi tim marketing kami sekarang juga! Pradana ArticlePDF AvailableAbstractPengolahan emas menggunakan merkuri di Poboya menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air asam tambang yang berasal dari limbah pengolahan emas. Metode yang digunakan yaitu dengan karakterisasi mineralogi dan geokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdeteksi adanya mineral sulfida pada setiap sampel yaitu rambergit FeMnS dan violarit FeNi2S4, serta mineral sulfida sekunder yaitu melanterit dan retgersit Kehadiran mineral sulfida pada sampel berpengaruh terhadap pembentukan air asam tambang. Hasil Pengujian terhadap semua sampel terdeteksi unsur- unsur yang banyak terkandung dalam air asam tambang seperti seperti besi Fe sebesar sampai dengan ambang batas 20?g/g, mangan Mn sebesar 202,66?g/g sampai 372,92?g/g dengan ambang batas 0,15?g/g, dan seng Zn sebesar 4,98?g/g sampai 75,04?g/g dengan ambang batas 0,06?g/g, semua unsur tersebut telah melebihi ambang batas menurut Badan Standarisasi Nasional SNI, 2004. Hasil penelitian menunjukkan limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201849 ANALISIS KARAKTERISTIK LIMBAH PENGOLAHAN EMAS DAN POTENSI PEMICU AIR ASAM TAMBANG PADA PERTAMBANGAN RAKYAT KELURAHAN POBOYA KAB. DONGGALA, PROV. SULAWESI TENGAH Abdullah Kilian1*, Sri Widodo2, Nurliah Jafar1 Teknik Pertambangan, Universitas Muslim Indonesia Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin Email abdullahkilian2 Pengolahan emas menggunakan merkuri di Poboya menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air asam tambang yang berasal dari limbah pengolahan emas. Metode yang digunakan yaitu dengan karakterisasi mineralogi dan geokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdeteksi adanya mineral sulfida pada setiap sampel yaitu rambergit FeMnS dan violarit FeNi2S4, serta mineral sulfida sekunder yaitu melanterit dan retgersit Kehadiran mineral sulfida pada sampel berpengaruh terhadap pembentukan air asam tambang. Hasil Pengujian terhadap semua sampel terdeteksi unsur-unsur yang banyak terkandung dalam air asam tambang seperti seperti besi Fe sebesar sampai dengan ambang batas 20µg/g, mangan Mn sebesar 202,66µg/g sampai 372,92µg/g dengan ambang batas 0,15µg/g, dan seng Zn sebesar 4,98µg/g sampai 75,04µg/g dengan ambang batas 0,06µg/g, semua unsur tersebut telah melebihi ambang batas menurut Badan Standarisasi Nasional SNI, 2004. Hasil penelitian menunjukkan limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. Kata kunci air asam tambang, emas, limbah, mineral sulfida. ABSTRACT The gold processing with mercury in Poboya causes waste that has the impact on the envimental problems in surrounding area. This study aimed to determine the potential of the mine acid drainage from gold processing waste. The method used is the characterization of mineralogy and geochemistry. The results showed that sulphide minerals were detected in each sample, sucha rembergite FeMnS, violarite FeNi2S4, and secondary sulphide minerals melanterite and retgersite The presence of sulphide minerals in the sample affected the formation acid mine drainage. The assay result of all samples showed the detection of the elements contained acid mine drainage such as iron Fe of to with a threshold of 20μg/g, manganese Mn of 202,66μg/g to 372,9μg/g with a threshold of 0,15μg/g, and zinc Zn of 4,98μg/g to 75,04μg/g with a threshold of all of these elements have exceeded the threshold according to the National Standardization Agency SNI, 2004. The results showed that the gold processing waste at the study site has the potential to generate the acid mine drainage. Keywords acid mine drainage, gold, tailing, sulphide mineral. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201850 PENDAHULUAN Saat ini kebutuhan logam dasar dan logam mulia di Indonesia semakin meningkat.. Pemanfaatannya yang semakin meningkat menuntut adanya eksploitasi akan sumberdaya mineral, khususnya logam mulia dan logam dasar Rosana dkk, 2011. Kelurahan Poboya merupakan salah satu lokasi penambangan emas tradisional yang beroperasi sejak tahun 2009 hingga sekarang. Merkuri digunakan untuk memisahkan emas dengan pasir, sehingga masyarakat Poboya dan sekitarnya berpotensi terkena dampak dari penggunaan merkuri. Badan Lingkungan Hidup Kota Palu, tahun 2011 jumlah penambang emas di tambang rakyat tersebut mencapai 5000 orang dan jumlah tromol berkisar unit, dimana setiap unit menggunakan merkuri 0,5 kilogram per hari dan 20% mercuri terserap oleh tanah dan berpotensi sebagai sumber pencemar baik udara, air dan tanah Albasar, 2015. Pengolahan emas menggunakan merkuri di Kelurahan Poboya Kabupaten Donggala Palu Provinsi Sulawesi Tengah menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar, salah satunya yaitu timbulnya air asam tambang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mineral sulfida yang dapat memicu pembentukan air asam tambang dan unsur maupun senyawa yang terdapat pada air asam tambang. METODOLOGI Alat dan Bahan Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis mineralogi dengan menggunakan alat XRD-7000 Shimadzu dan analisis geokimia menggunakan XRF EDX-720 Shimadzu di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian Universitas Hasanuddin dan alat AAS Atomic Absorption Spectrophotometer di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Kota Makassar. Sampel diambil dari wilayah pertambangan rakyat di Kelurahan Poboya Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan limbah hasil pengolahan emas menggunakan sistem amalgamasi yang telah disimpan pada tempat penampungan limbah yang berbeda. Tahap Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan survei lapangan meliputi pengumpulan data dan informasi di daerah penambangan dan pengolahan emas. Pengambilan data geokimia dilakukan dengan pengambilan sampel dari beberapa lokasi dengan menggunakan GPS untuk mengetahui koordinat lokasi sampling. Proses pengambilan sampel tailingmenggunakan sekop untuk memasukkan sampel ke dalam kantong Analisis Data Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui mineral secara kuantitatif maupun kualitatif dan unsur serta senyawa yang berpotensi menimbulkan air asam tambang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji XRD Pengujian XRD bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral sulfida yang terkandung di setiap sampel Setiabudi, 2012. Berikut ini hasil uji XRD pada sampel limbah pengolahan emas. Tabel 1. Kandungan mineral sampel menggunakan XRD. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201851 Gbr 1. Pola difraksi hasil uji XRD sampeln1. Gbr 2. Pola difraksi hasil uji XRD sampelk2. Hasil Uji XRF Pengujian XRF bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa oksida dan unsur-unsur kimia yang terkandung di setiap sampel. Berikut ini hasil uji XRF pada sampel limbah pengolahan emas. Tabel 2. Hasil kuantitatif senyawa oksida uji XRF. Hasil Uji AAS Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kimia dan kandungan logam berat yang memicu terbentuknya air asam tambang. Hasil pengujian ini kemudian langsung terbaca oleh komputer yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian unsur logam berat menggunakan AAS. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian menggunakan alat XRD, XRF dan AAS menunjukan adanya perbedaan karakteristik pada setiap sampel. Karakteristik tersebut diuji melalui analisis minerologi dan geokimia sebagai berikut. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201852 Analisis Mineralogi Sampel Pada hasil uji XRD, diterangkan bahwa semua sampel uji didominasi oleh mineral kuarsa SiO2, hal ini disebabkan karena mineral kuarsa sebagai mineral yang paling sering dijumpai sebagai penyusun kerak bumi. Mineral kuarsa yang terdeteksi pada sampel 1 hasil uji XRD memiliki peak dengan sudut 2θ 26,78° dan intensitas 1000,0Å. Pada sampel 1 juga terdeteksi mineral melanterit dengan sudut 2θ 18,11° dan intensitas 24,5Å dan rambergit dengan sudut 2θ 25,77° dan intensitas 62,2Å seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Berdasarkan karakteristik mineralogi sampel 1 terdapat mineral yang dominan yaitu kuarsa, pada hasil pengujian XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal trigonal, unit cella=4,9140Å dan c=5,4060Å, serta densitas 2,648gr/cm3. Kehadiran kuarsa yang melimpah membuktikan bahwa batuan dasar dari sampel 1 berasal dari tipe endapan epitermal Maulana, 2017. Pada sampel 1 juga terdeteksi mineral sulfida yaitu rambergit, pada hasil uji XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal heksagonal, unit cell a=3,8920Å dan c=6,4450Å, serta densitas 3,266gr/cm3. Pada sampel 1 juga terdapat mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida yaitu melanterit, pada hasil uji XRD melanterit memiliki sistem kristal monoklin dengan unit cell a=14,1000Å, b=6,5180Å dan c=10,8860Å, serta densitas 1,955gr/cm3. Mineral kuarsa yang terdeteksi pada sampel 2 hasil uji XRD memiliki peak dengan sudut 2θ 26,78° dan intensitas 1000,0Å. Pada sampel 2 juga terdeteksi mineral kalsit dengan sudut 2θ 29,64° dan intensitas 124,9Å, retgersit dengan sudut 2θ 20,95° dan intensitas 195,9Å, dan Violarit dengan sudut 2θ 31,44° dan intensitas 11,6Å seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 Berdasarkan karakteristik mineralogi sampel 2 pada gambar 2 yang merupakan limbah pengolahan yang relatif masih memperlihatkan kemiripan karakteristik dengan sampel 1, hal ini dapat terlihat dari keterdapatan kuarsa, mineral sulfida, dan mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida, namun jenis mineral sulfida yang terdeteksi berbeda dengan sampel 1. Kuarsa yang terdeteksi pada sampel 2 memiliki sistem kristal trigonal, unit cell a=4,9124Å dan c=5,4039Å, serta densitas 2,649gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdeteksi mineral sulfida yaitu violarit, pada hasil uji XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal isometrik dengan unit cell a=9,4621Å, serta densitas 4,735gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdapat mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida yaitu retgersit, pada hasil uji XRD mineral ini memiliki sistem kristal tetragonal dengan unit cella=6,7803Å dan c=18,2880Å, serta densitas 1,981gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdapat mineral karbonat yaitu kalsit. Pada hasil pengujian XRD menunjukan kalsit memiliki sistem kristal trigonal, unit cella=4,9910Å dan c=17,0680Å, serta densitas 2,708gr/cm3. Analisis Geokimia Sampel Berdasarkan hasil uji geokimia sampel limbah pengolahan emas, pada pengujian XRF terhadap sampel 1 menghasilkan 21 unsur yang terdeteksi, dan sampel 2 terdeteksi 19 unsur tabel 2. Berdasarkan jumlah elemen yang terdeteksi pada hasil uji XRF sebagian besar elemen utama terdeteksi juga oleh pengujian XRD. Geokimia sampel penelitian ini diketahui melalui analisis XRF dan AAS, sampel pada daerah penelitian berasal dari dua jenis limbah yang berbeda akan menghasilkan karakteristik geokimia yang juga berbeda. Pengujian XRF berguna untuk mengetahui unsur dan mineral yang teroksidasi pada sampel. Pada kedua sampel terdeteksi SiO₂. hal ini terjadi karena kuarsa merupakan mineral paling banyak ditemukan pada kerak bumi. Terdeteksinya Al₂O₃ yang juga melimpah. Dari semua sampel uji juga terdapat senyawa Fe₂O₃ yang merupakan mineral hasil sisa oksidasi. Al₂O₃ dan Fe₂O₃ merupakan dua senyawa yang dapat menghasilkan logam didalam air asam tambang Sayoga, 2014. Beberapa unsur yang terdeteksi seperti arsen, mangan, tembaga dan besi akan berpengaruh terhadap perolehan emas bila dilindi dengan sianida Li, et Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201853 al., 2010. Air asam tambang mengandung banyak unsur logam beracun berbahaya yang menyebar ke lingkungan sekitar dapat terjadi secara alami maupun sebagai akibat kegiatan pertambangan. Dispersi logam yang terjadi secara alami akan membentuk rona awal kandungan logam di daerah sekitar tubuh bijih yang tinggi, yaitu diatas rata-rata pada kerak bumi Wahyudi, et al., 2014. Kegiatan penambangan akan cenderung memicu proses pembentukan air asam tambang berlangsung menjadi lebih intensif. Pada semua sampel terdapat unsur Fe dan S yang apabila berikatan dapat membentuk mineral sulfida yang sangat reaktif membentuk asam seperti pirit. Air asam tambang mengandung banyak unsur logam beracun berbahaya yang menyebar ke lingkungan sekitar dapat terjadi secara alami maupun akibat kegiatan pertambangan. Kegiatan penambangan akan cenderung memicu proses pembentukan air asam tambang berlangsung menjadi lebih intensif. Pada tabel 4 dapat dilihat hasil pengujian geokimia dengan menggunakan metode AAS, semua sampel terdeteksi unsur logam berat yang sering ditemukan pada air asam tambang yang telah melewati batas berdasarkan nilai ambang batas logam berat pada sedimen atau tanah oleh Badan Standarisasi Nasional SNI tahun 2004. Tabel 4. Hasil pengujian logam berat yang pada umumnya terdapat pada air asam tambang. Nilai Ambang Batas ug/g KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian Universitas Hasanuddin, Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Makassar dan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Albasar, Daud Anwar dan Maria 2015. Pajanan Merkuri Hg Pada Masyarakat Di Kelurahan Poboya Kota Palsulawesi Tengah. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Li, Y. Jian, L. & Guan, W. 2010. Cyanidation Of Gold Clayore Containing Arsenic And Manganese. Issue, 2 17, 132-135. Maulana, A. 2017, Endapan Mineral. Yogyakarta Penerbit Ombak, Rosana, dkk. 2011. Mineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan Manau, Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 13 2, 235-247. Sayoga, R. 2014. Air Asam Penerbit ITB. Setiabudi, A. Hardian, R. dan Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian UPI Press. Wahyudi, T. Tahli, L. dan Autanto, A. 2014. Karakterisasi Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan Emas. Bandung Tekmira. ... Saat ini kebutuhan logam dasar dan logam mulia di Indonesia semakin meningkat. Pemanfaatannya yang semakin meningkat menuntut adanya eksploitasi akan sumberdaya mineral, khususnya logam mulia dan logam dasar Kilian, Abdullah, 2018. Usaha pertambangan, oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. ...The mining and processing of people's gold produces impacts on the surrounding environment. Some residents immediately dumped the waste gold processing results into the environment. It is necessary to analyze the actual condition of mercury pollution based on a map of the level of pollution vulnerability to determine the size of the level of difficulty and the ease of polluted substances to affect surface water quality. The purpose of this study is to analyze the actual condition of the level of vulnerability of surface water pollution around the study area. The method used in this study is a survey method and field mapping, sampling methods purposive sampling, laboratory analysis methods, mathematical methods, and descriptive evaluation methods. Calculation of the level of vulnerability of surface water is the PCSM Point Count System Model method with 3 parameters, namely land use, slope, and rainfall. Overlay is done between the level of pollution vulnerability map with the actual conditions of pollution in the field. The results showed the study area has a level of vulnerability to surface water pollution in the study area including the classification of quite vulnerable and very vulnerable. Based on the results of the study it can be concluded that the total score of 36-43 included in the vulnerability class is quite vulnerable. The total score of 43 - 50 is included in the very vulnerable vulnerability class. Actual mercury levels in the study area were known in a row AP1-AP6 samples were 0,00046 mg / L; < mg / L; < mg / L; < mg / L; 0,00039 mg / L and <0,00006 mg / L. These results indicate that surface water in the study area has not been contaminated with mercury because its value is brought to all quality ÂEdy NursantoAfroza PratiwiEddy WinarnoRiria Zendy MirahatiBased on petrographic data, XRD, and fluid inclusions, it was interpreted that the quartz veins associated with low sulfide in Karangsambung area underwent 2 stages of system change from mesothermal system to epithermal system. This means showing the mineral potential contained in material, including on the Luk Ulo River where alluvial deposits are present. Therefore, what needs to be done next is to determine the composition of the material of the alluvial material in the Luk Ulo River, Kebakalan Village using XRD, and AAS so that its potential is known. This research is limited to mineral potential in XRD and AAS Au, Ag, and Cu in 2 samples, A sand and B rock. XRD results on samples A and B showed that quartz SiO2 had the highest percentage 30-50% compared to other minerals. While the results of the AAS tests showed that the highest Au and Ag contents were in sample B and Cu in sample A with total of g/ton Au, g/ton Ag, and g/ton Cu. Meanwhile, the lowest total Au and Ag were in sample A and Cu was in sample B which amounted to Au g/ton, Ag g/ton, and Cu g/ton. Yuliang LiJian LiuWei-sheng GuanThe extraction process of gold and silver from the gold clay ore containing arsenic and manganese was investigated. With the conventional technique, the leaching rates of gold and silver are and respectively. To eliminate the negative effects of arsenic and manganese on cyanidation and increase the gold and silver leaching rates, a novel catalyst was added. The content of the catalyst used in the process was 8 g per 500 g org sample, the sample size was 60 μm and the pH value was kept between 10 and 11. Leaching with the catalyst for 3–5 h under certain conditions, the gold leaching rate increased to over 90% and the silver leaching rate increased to 80%–90%. The catalyst can effectively liberate gold and silver from the enclosure of arsenic and manganese and the industrial experiment has great significance to the development and utilization of the gold clay ore containing arsenic and manganese. Keywordsgold ore-cyanidation-catalyst-gold-silver-leaching rateMineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan ManauM F RosanaDkkRosana, dkk. 2011. Mineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan Manau, Jambi. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmuR SayogaSayoga, R. 2014. Air Asam Tambang. Bandung Penerbit Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian KimiaA SetiabudiR HardianA MudzakirSetiabudi, A. Hardian, R. dan Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. Bandung UPI Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan EmasT WahyudiL TahliA AutantoWahyudi, T. Tahli, L. dan Autanto, A. 2014. Karakterisasi Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan Emas. Bandung Tekmira.